Kadangkala hidup mengharuskan kita untuk menangis meski tidak tahu betul apa yang membuat kita ingin sekali menangis.
Yang kita tahu hanyalah bahwa kita sudah melakukan segala sesuatunya dengan benar, tetapi tetap saja kesalahan selalu ditujukan pada kita.
Bahkan ketika kita merasa sudah membuat keputusan yang benar, namun bagi orang lain, pemikiran kita tetap saja keliru.
Melelahkan sekali bukan hidup seperti ini?
I’ve been there, done that.
Tapi satu ketika, aku menemukan sebuah artikel yang membuatku tersentuh lalu berfikir… betapa selama ini aku lupa akan sesuatu yang sangat penting dalam hidupku.
Ahhh, iya… aku baru sadar,…
Tuhan sudah menciptakan aku seperti Matahari, bukankah matahari itu bersinar memancarkan keindahan cahayanya?.
Tapi bagaimana aku bisa bersinar seperti matahari, jika hatiku seringkali dipenuhi oleh amarah, ketika melihat kemesraan orang lain.
Bagaimana aku bisa bersinar, jika hatiku masih saja dipenuhi oleh api cemburu akan kebahagiaan orang lain.
Bagaimana oranglain bisa menikmati keindahan cahaya hatiku, jika didalamnya, hanya dipenuhi oleh kebencianku melihat keberhasilan orang lain.
Tuhan menciptakan hidupku supaya mengalir seperti air… tapi terkadang aku membatasinya dengan tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Ketika aku melewati rintangan, seringkali aku langsung merasa kalah, sakit hati dan akhirnya hanya sumpah serapah yang keluar dari mulutku.
Aku lupa, sakit hati itu hanya membuat tidurku tidak nyenyak dan hidupku tidak nyaman. Sakit hati, hanya membuatku terhambat meraih masa depanku sendiri.
Jadi bukan keadaan yang salah, tapi aku yang membiarkan rasa sakit dan amarah itu menguasai diriku. Aku tidak lagi focus pada masa depanku… tetapi pada sakit hatiku, pada dendam dan amarahku.
Aku harus berhenti. Aku harus berhenti mengeluh akan hidupku.
Aku adalah rancangan Karya Agung yang Dasyat!
Aku harus menguasai pikiranku, karena dari sanalah sumber semua amarah ini. Semua rasa tidak adil, dilecehkan, diremehkan bahkan perasaan dikhianati oleh orang yang aku cintai atau sesamaku… harus aku buang dari kepalaku yang bodoh ini.
Aku berharga, aku harus menjauhkan diriku dari kemarahan… Dan mencoba duduk diam dalam ketenangan jiwaku… bersatu dengan alam.
Dan, tiba-tiba, Dia menyentuh pundakku. Ah, iya… Aku lupa. Aku lupa bahwa DIA tidak pernah pergi. Dia selalu disini, menanti aku untuk datang dan mengadu padanya.
Bahwa Aku lelah, dan aku butuh kekuatan.
Dan dengan lembut, dia merentangkan tangannya… lalu memelukku. Erattttt sekali. Adem sekali rasanya, berlindung dibalik dadanya yang kekar. Rasa itu… indahhh sekali.
Didada-Nya kini kuletakkan kepalaku yang lelah, dan Dia mengusap rambutku.
Dengan lembut DIA berkata,
“Anakku, dengarkan Aku baik-baik,
Jika engkau lelah, Aku selalu ada disini, dan tangan Ku akan terbuka lebar-lebar untuk memelukmu.
Menangislah anak Ku, karena kamu butuh menangis. Rasakan debaran jantungKu, seperti ketika engkau dalam rahim ibumu…
Aku akan senantiasa menyediakan bahuKu untuk tempatmu menangis, kapanpun engkau membutuhkannya.
Aku akan selalu ada disini, menunggumu untuk datang… Karena AKU, sangat sayanggggg padamu.
Dan Aku sungguh-sungguh peduli padamu. Ketahuilah, bahwa semua ini kulakukan, karena engkau BERHARGA dimata-Ku”
Dan akupun tersungkur dihadapan Tuhan.
Iya, betapa selama ini aku lari kesana kemari mencari tempat untuk menangis. Aku lupa… DIA selalu ada disini… disampingku… menungguku untuk datang… dan menangis dipundaknya.
Ahh, terima kasih Tuhan, untuk selalu ada ketika aku butuh bahu untuk menangis.