Menjadi Punk Tak Harus Anarkis
Oktober 25, 2011
1 Comment
Dua pekan yang lalu, Kota Yogyakarta
dipadati oleh gerombolan yang menggunakan atribut yang identik dengan kaum
punk. Gerombolan tersebut adalah outSIDers ,para fans band idola mereka Superman Is Dead, yang tampil
malam itu di Stadion Kridosono, Minggu malam (9/10) lalu. Superman Is Dead yang
lebih dulu tampil sebelum J-Rocks membawakan sejumlah hits mereka seperti, ‘Kuat
Kita Bersinar’, ‘Kuta Rock City’, ‘Saint
of My Life’, ‘Jika Kami Bersama’, dan lainnya.
Penampilan mereka dibuka dengan back-sound
lagu ‘The Gost Riders In The Sky’
yang bernuansa ‘Surf Rock’. Seketika
muncul Jerinx(Drummer) ke atas
panggung dengan mengendarai sepeda lowrider, disusul Eka Rock(Bassist/Backing Vocal), dan Bobby Kool(Gitarist/Vocal) yang naik ke atas stage lengkap dengan
peralatan tempur mereka, yaitu instrumen musik yang mereka usung.
Sebelum naik pentas, Tribun Jogja sempat
berbincang dengan Jerinx perihal pernyataan resmi dari Kepolisian bahwa pelaku
peledakan ATM di Gejayan adalah dari kelompok punk. Hal ini pun membuat Jerinx
angkat bicara. Drummer band beraliran punk rock asal Bali ini bicara
blak-blakan seputar hubungan punk dan anarkisme. Menurut Jerinx makna anarki
sendiri cukup luas, dan tidak harus 100% diterapkan dengan agresivitas. “Anarki
tidak harus menjadi vandalis, dan apakah seorang punk harus menjadi
anarki?Tidak juga!” tegasnya.
Drummer yang bernama asli Ari Astina ini
berujar kalau setiap manusia berpotensi menjadi seorang anarkis. Punk sendiri
juga memiliki arti yang luas. Punk tidak harus berideologi yang keras. Di
antaranya ada punk yang nihilis, dan hedonis. “Ada juga punk yang positivis, seperti gerakan straight edge yang anti alkohol, dan
narkotika, atau yang lebih ke arah sport seperti, skate punk,” imbuhnya.
Menurut Jerinx punk dan anarkisme adalah
sama-sama sebuah sub-kultur. Maka tidak menjadi keharusan seorang punk menjadi
anarkis, dan begitu juga sebaliknya. “Tidak semua aktivis anarkis mendengarkan musik punk, bahkan
mereka mendengarkan jenis musik yang lainnya.”
tambah vokalis Devildice ini.
Mengenai posisi SID, Jerinx mengatakan
kalau Ia sendiri bingung posisinya berada dimana. Latar belakang mereka yang
berasal dari Bali tidak mengarahkan mereka menjadi seorang anarko. Tapi jika
ditanya apakah harus melawan, Ia mengatakan bahwa itu merupakan sebuah
kepastian. Namun apa yang dilawannya selalu berubah-ubah, “Terkadang melawan bentuk-bentuk
fasisme, dan dalam skup yang lebih kecil, kami juga melawan bentuk kapitalisme
lokal seperti kasus BIP di Bali.” tegas musisi
kelahiran Kuta, 10 Februari 1977 ini.
Bersama teman-temannya di SID, Bobby Kool
dan Eka Rock, Jerinx kerap kali melakukan aksi turun ke jalan untuk mengkritik
proyek Bali Internasional Park (BIP) di kawasan bukit, Jimbaran.
Proyek di atas lahan terlantar seluas 200 hektar ini nantinya akan dijadikan
fasilitas Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Kerjasama Asia Pasifik (APEC)
tahun 2013. (edited by Fakhru outSIDer)
siippp...
BalasHapus